apa saja kebudayaan dinegara singapura
IPS
angel1205
Pertanyaan
apa saja kebudayaan dinegara singapura
2 Jawaban
-
1. Jawaban khikam2
patung singa
semoga bisa membantu -
2. Jawaban erik691
Singapura merupakan salah satu negara yang paling padat di dunia. 85% dari rakyat Singapura tinggal di rumah susun yang disediakan oleh Dewan Pengembangan Perumahan (HDB). Penduduk Singapura terdiri dari mayoritas etnis Tionghoa (77,3%), etnis Melayu yang merupakan penduduk asli (14,1%), dan etnis India (7,3%), dan etnis lainnya (1,3% ). Mayoritas rakyat Singapura menganut agama Buddha (31,9%) dan Tao (21,9%). 14,9% rakyat Singapura menganut agama Islam, 12,9% menganut agama Kristen, 3,3% Hindu, dan lainnya 0,6%, sedangkan sisanya (14,5%) tidak beragama. Singapura terdiri atas multietnis (Melayu, Cina, India, dan Eropa). Tata kehidupan masyarakatnya merupakan perpaduan antara budaya Timur dan budaya Barat.
Singapura mempunyai empat bahasa resmi, yaitu Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil. Bahasa Melayu adalah bahasa nasional Singapura tetapi lebih bersifat simbolis; ia digunakan untuk menyanyikan lagu kebangsaan (Majulah Singapura) dan juga sewaktu latihan dan dalam perbarisan pasukan tentera dan polisi. Pemerintah PAP lebih cenderung dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar (lingua franca) dan penggunaan bahasa Melayu hanya terbatas kepada kaum Melayu saja. Hanya segelintir daripada kaum Tionghoa dan India yang fasih dalam bahasa nasional (mayoritas daripada mereka telah melewati masa Singapura sebelum merdeka).
Salah satu aspek yang paling luar biasa dari Singapura adalah sifat penduduknya yang kosmopolitan, sebuah keuntungan alami dari posisi geografisnya yang strategis maupun keberhasilan komersialnya. Dibangun oleh Thomas Stamford Raffles sebagai sebuah pusat perdagangan pada tanggal 29 Januari 1819, kota kecil tepi laut Singapura segera menarik para imigran dan pedagang dari negeri Tiongkok, India, Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Timur Tengah.
Tertarik dengan masa depan yang lebih baik, para imigran datang dengan membawa budaya, bahasa, adat istiadat, dan kebiasaannya sendiri. Perkawinan silang dan perpaduan budaya turut berperan dalam memengaruhi keragaman budaya yang kemudian terbentuk dalam masyarakat Singapura dari berbagai aspek, sehingga menjadikan warisan budaya yang beragam dan dinamis. Di akhir abad ke-19, Singapura menjadi salah satu kota paling kosmopolitan di Asia, dengan kelompok etnis utama dari kaum Tionghoa, Melayu, India, Peranakan, dan Eurasia. Saat ini, etnis Tionghoa merupakan etnis mayoritas, yaitu 74,2% dari total populasi Singapura, sementara penduduk awal negeri ini – 13,4% adalah etnis Melayu. Etnis India sebanyak 9,2%, dan 3,2% sisanya berasal dari Eurasia, Peranakan, dan etnis lainnya. Singapura juga banyak dihuni oleh kaum ekspatriat, dengan hampir 20% dari mereka adalah para pekerja ‘kerah biru’ bukan warga tetap yang berasal dari Filipina, Indonesia, dan Bangladesh. Sebagian sisa dari populasi ekspatriat tersebut termasuk para pekerja ‘kerah putih’ yang datang dari berbagai negara, seperti Amerika Utara, Australia, Eropa, RRC, dan India.
Sebagai cerminan dari paduan budaya yang dimilikinya, Singapura mengadopsi satu bahasa untuk mewakili semua dari empat etnis atau kelompok ‘ras’ yang utama. Empat bahasa resmi dalam konstitusi Singapura adalah bahasa Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil. Namun, sebagai pengakuan atas status etnis Melayu sebagai masyarakat pribumi di Singapura, bahasa nasional Singapura adalah Bahasa Melayu.
Keberadaan bahasa-bahasa lainnya, khususnya bahasa Melayu dan Tionghoa, tentunya berpengaruh terhadap jenis bahasa Inggris yang digunakan di Singapura. Pengaruh ini terutama tampak dalam bahasa Inggris informal, sebuah bahasa sehari-hari yang berbasiskan bahasa Inggris yang dikenal secara umum sebagai Singlish. Sebagai lambang identitas bagi banyak warga Singapura, bahasa tersebut mewakili sebuah bentuk bahasa campuran yang mencakup kata-kata dari bahasa Melayu, juga Mandarin dan India.
Hampir semua orang di Singapura dapat berbicara lebih dari satu bahasa, dan banyak yang mampu berbicara dalam tiga hingga empat bahasa. Sebagian besar anak-anak di Singapura tumbuh dalam dua bahasa sejak kecil, dan mereka pun mempelajari bahasa lain saat mereka tumbuh dewasa. Dengan mayoritas populasi yang mampu membaca dan menulis dalam dua bahasa, bahasa Inggris dan Mandarin merupakan bahasa yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara bahasa Inggris merupakan bahasa utama yang diajarkan di sekolah, anak-anak di Singapura juga mempelajari bahasa ibu mereka untuk memastikan agar tetap tersambung dengan akar budaya mereka.